11.6.23

Art of Saturday

Putri Ariani, The Angel of Voice


Beberapa saat terakhir, Indonesia digemparkan dengan berita dunia dari panggung AGT, America's Got Talent. 

Putri Ariani lahir di Bangkinang, Kampar, Riau, 31 December 2005. Ia merupakan anak dari pasangan Ismawan Kurnianto dan Reno Alfianty. Gadis usia tujuh belas tahun ini berhasil memenangkan golden buzzerdari si muka dingin Dan terkenal pelit pujian, Simon Cowell. 

Golden buzzer adalah penghargaan terbatas dan spesial dari empat juri AGT dan tiga sisanya dari penonton. Sehingga penghargaan tiket emas yang berjumlah tujuh kesempatan menuju babak semifinal tanpa persaingan ketat ini merupakan 'pewujud mimpi' Putri Ariani. 

Gadis yang bercita-cita melanjutkan studinya ke Juilliard University ini mampu menaklukkan empat juri kelas dunia dan seluruh penonton di sana. Suaranya sanggup menghipnotis seluruh pendengar terharu hingga terisak. 

Bahkan juri lainnya menyebutkan putri adalah malaikat yang turun ke panggung AGT malam itu. 


29.5.23

A Slice of Story

 Tarian Malam


Malam merangkak naik menyelimuti malam. Mencoba meraih awan yang sedang bercumbu manis bersama bintang. Malam terhenti di garis biru, tak mampu meraih ceria awan dan tawa bintang. Gelap sesaat. 

Malam terpaku. Menatap permainan cahaya lampu odong-odong. Menggeliatkan kegembiraan para bocah yang enggan pulang menurutkan bapak ibunya. Mereka masih ingin bergembira dengan lampu-lampu dan gemerlap wanna. Tak dihiraukan lelah mata bapak ibunya yang seharian bekerja ingin memenuhi kebutuhan mereka. Pikir mereka. 

Berkedip-kedip menahan kantuk, memaksakan langkah dan tanpa pejam mengantar dan menemani langkah si kecil ke permainan yang membosankan bagi mereka, keseruan tak ternama bagi bocah bersenyum dewa. (Cermin)

A Slice of Story

 Mengisahkan Bahagia



Kupandangi ujung sepatu yang tak lagi baru. Pukul 08.14 WIB waktu gawai di tanganku. Kuhirup dalam aroma pagi yang kubayangkan mahal di jalan utama kota besar. Karbon. Di sini masih segar, masih hijau, kulafazkan hamdalah pengisah syukur dalam hati. Ucapan terima kasih kepada Allah Azzawajalla

"Selamat pagi, hari pagi." Sapaku kepada sepoi angin yang melintas. 

Sekilas tampak notifikasi WhatsApp terlintas. Manusia kesayangan di sana menyapa.

"Di Mana?"

Hamdalah berikutnya kubatinkan. Masih ada manusia yang menanyakan keberadaanku. 

Seperti dapat bonus di pagi hari. (Cermin) 

Language of Monday

Bahasa Indonesia untuk Indonesia dan Dunia

Bahasa Indonesia lahir dari pemuda. Bahasa Indonesia lahir dari kepedulian dan rasa cinta. Bahasa Indonesia lahir karena perjuangan dan darah. Bahasa Indonesia lahir dan ada untuk Indonesia. 

Bahasa yang tercetus pada tanggal 28 Oktober 1928 ini merupakan prakarsa pemuda Indonesia yang terhimpun dalam satuan pemuda yang mewakili suara dan ragam budaya. Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lainnya. Pemuda yang paham, mau, dan mampu membaca potensi negara-nya ke depan. Puluhan tahun lalu dan hitungan ratusan ke depan. 

Bahkan, kini bahasa Indonesia bukan lagi kebutuhan bangsa sebagai entitas sebuah negara. Melainkan kebutuhan para penutut asking (nonpribumi) ya


ng tertarik, suka, cinta, dan bergantung pada tanah Indonesia pun mempelajarinya. Maka sewajarnya jika kita masyarakat Indonesia mengaplikasikannya dengan tetap melestarikan bahasa daerah serta menguasai bahasa asing.

30.4.23

Kunci Hidup, Berjalan di Atas Relnya


Selama hidup manusia selalu ditawarkan pada pilihan-pilihan. Pilihan yang menyenangkan, serta bisa juga menyesakkan menurut versi manusia. Banyak versi mengejutkan dan baru tentang kehidupan. 

Namun begitu menurut pakar filsafat, Dr. Fahrudin Faiz, harus ditekankan dua hal berikut agar dapat menjalani setiap pilihan-pilihan dalam kehidupan dengan penuh kesadaran .

1. Kemauan Berpikir

Setiap manusia dikaruniai akal dan budi untuk mengingat, memahami, dan menelaah sesuatu dan setiap peristiwa. Namun tidak semua menyadari, bahwa dirinya telah memaksimalkan kemauan dirinya dalam menjalani atau menekuni sesuatu.

2. Kemampuan Berpikir

Kemampuan berangkat dari kesungguhan manusia. Mau dan mampu saling terikat satu sama lain untuk membawa kenaikan dalam setiap pilihan hidup yang dipilih manusia. Karena mengerti itu sndiri penggunaannya hanya dengan otak dan alam bawah sadar manusia dalam mensugesti suatu keadaan agar bagaimana caranya hal tersebut bisa dicerna dalam otak.

Sementara memahami adalah bahasa yang penggunaannya lebih menggunakan perasaan dan kepekaan.


OPREC FLP Malang Raya 2023


FLP (Forum Lingkar Pena) adalah sebuah organisasi kepenulisan berasaskan Islam, bergerak di segala bidang yang berhubungan dengan kepenulisan dan pemberdayaan penulis. FLP berdiri pada tanggal 22 Februari 1997 di Kalimantan, diprakarsai oleh Helvi Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Muthmainnah.


Kemudian hadirlah FLP Kota Malang yang secara lengkap dapat dijelajah di   dunia zie

13.4.23

6.4.23

Dialog Mati


Tembok membisu mengamini kehilanganku. Kehilangan sesuatu yang berharga, bukan harta, bukan tahta, bukan nyawa, tapi diriku. Ya, aku kehilangan sesuatuku yang paling berharga. Diriku.
Apakah kau yang merenggutnya? 

Bukan.

Apakah mereka?

Tidak juga.

Aku kehilangan diriku. Aku membunuhnya. Aku membunuhnya dalam keadaan hidup. Ya. Dengan penuh kekejian dan tanpa belas kasih kubunuh diriku dengan tanpa rasa. Ia berteriak minta tolong, tak kupedulikan. Ia meraih tanganku agar tak mendekap napasnya. Aku pun diam. Ia meronta menahan sakit, aku pun diam. Dia menggigil kedinginan, aku membiarkannya beku dan habis. Saat ia terbakar, kubiarkan ia membara hangus. Saat ia menangis tanpa suara, aku tertawa lepas sejadinya.

Ia tak salah. Tapi aku harus membunuhnya. Kadang kebenaran terlalu abu-abu untuk menjadi putih tertutup kelamnya arogansi manusia. Aku ingin menyelamatkan dirinya, tapi eksistensiku lebih penting. Maka tak kupedulikan lagi manusiamu. Maafkan aku, wahai diri. Kuhempaskan kau dalam kubangan terdalam bernama kepentingan manusia.

"Apa bedanya manfaat, bermanfaat, dan dimanfaatkan?"

Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benakku. Menggerogoti napas dan nadiku. Menjejalkan maut ke dalam ruhku.

Aku tetap tertawa. Ribuan diri telah memasung takdir. Menguji dalam kelas dan fase paling fatamorgana. Dan aku baik-baik saja. Atau aku tak tahu sedang tidak baik-baik saja? Aku tertawa kembali. Namun tak ada yang mendengar tawaku. Hanya dia, diriku yang lain, yang terpuruk dalam cermin gelap dalam memori megabyte tanpa ujung.

Ia menangis sangat keras. Membuat bising telingaku. Hingga kututup daunnya dengan dua tanganku. Tak ada efek. Ia menangis terlalu kencang. Lalu berteriak melebihi sopran. Gendang telingaku bisa pecah jika begini. Aku berguling di tempat tidur.

Tapi ia tak mempedulikanku. Suaranya bergema meneriakkan kehampaan tanpa nama. Jantungku berdegup kencang. Rikuh dibuatnya. Rasa pedih silih berganti, kini ia menangis kembali. Tapi tangisannya tak lagi memekakkan telinga. Lebih menekan. Ya, menekan ulu hatiku. Menyayat tanpa ampun. Rintihannya menggetarkan saraf tangisku.

Pipiku basah. Air mata bangsat yang tak pernah kuinginkan jatuh juga. Aku kalah.


20.3.23

18.3.23

Pantun Religi


Naik delman tengah malam
Beli tasbih di kota Tuban
Jika ingin hidupmu tenteram
Rajinlah ibadah wahai kawan

Jalan-jalan ke Suramadu
Di temani angin yang bersemilir
Amalkanlah ilmu mu
Agar pahala terus mengalir

Pergi ke toko membeli aki
Pulang ke rumah dengan sepeda
Marilah kita bersholawat nabi
Agar kelak mendpat syafaat

Karya Ummi Nafisah, 2013, XI Busana Butik