30.5.13

Cerpen Kisah Beringin Tua


Sumber Ilustrasi: Noname

Hujan kembali berbaris dalam sunyi. Deru kaki hujan menghentak bumi bersahutan, bergantian. Seperti penuh ancaman di atas kepala di denting-denting atap rumah. Taman yang tadinya teduh. Terkuyup-kuyup dibasah hujan. Mawar-mawar liar Nampak semakin  cantik di balut bintik-bintik hujan. Tanah basah kecoklatan.  Setapak aspal menghitam berkilat. Noda cat yang tadinya di sana-sini sedikit-demi sedikit tersapu digelontor derasnya air dari arah bukit. Tubuh pepohonan tak dapat lagi melawan keperkasaan hujan, kadang mereka ciut nyali saat halilintar menyambar penuh kesombongan. Pohon seperti tunduk. Hanya beringin besar ratusan tahun yang tetap tegak. Ia penuh wibawa,. Penuh kharisma. Kesantunan dan pengalaman hidupnya mengumpamakan halilintar adalah remaja pencari jati diri. Menggelegar, namun kembali hilang. Blarrr!!! Sinar putih memendar di ubun-ubun beringin. Ia tetap perkasa. Ketuaan membuatnya makin arif, laksana tersenyum menimpali gelora muda sang halilintar. Bahkan batu-batu kecil seakan beriring mendekat, berkumpul dan meringkuk di kaki-kaki beringin. Ibu gelombang bergerak seperti sontoloyo menggring bebek kembali pulang. Gelombang membawa batu perbukitan, bergulir ke bawah dan berkumpul di bawah beringin tua. Mereka siap dipeluk akar-akar yang menjuntai. Mereka siap mendengar balada beringin nan tua.
***

Aku masih di sana.
Di antara selimut perca buatannya. Kubayangkan betapa dengan cinta pembalut tubuhku kini menjadi.

Dengan susah payah ia pisahkan kain-kain sisa. Dengan telaten dipilihnya motif-motif nan indah. Katanya suatu kali.
“Aku tahu, Kau penyuka motif yang tak berbentuk, namun aku sebaliknya.”
“Ehm” aku sibuk membaca.
“Namun aku akan menyertakan motif kesukaanku pula. Bunga-bunga, tetumbuhan, dan segala ciptaan”
“Ehm” aku kembali meng-ehem.
“Kau mungkin takkan bertanya mengapa, namun aku akan beritahu kau, bahwa aku mencintaimu”
Aku berhenti membaca, ku tinggalkan kursi malasku dan mendekatinya. Kukecup keningnya. Harum. Langkahku kembali kepada kursi tua. Kubuka lipatan Koran, dan kembali membacanya.
“Kau mungkin tak suka, namun aku yakin kau akan menyukainya, dan akan lebih menyukainya manakala kau sendirian”
“Ehm” aku memandangnya sebentar dan kembali membaca.
“Akan kupadukan motif tak jelasmu dengan keindahan yang mempesonaku ini, akan kubuat pembalut tubuh penuh cinta untukmu. Di setiap helai kain yang kupasang, di setiap helai benang yang kusambungkan, di setiap warna yang kutata, di sana ada kasihku  padamu, hingga bila kau mengenakannya pada yang lain akan Kau ingat aku saja”.
“Ehm” Kulihat ia menyambung helai-helai kain yang tak ku tahu berapa jumlahnya. Mungkin ratusan, entahlah. Kaki-kaki indahnya, tertutup tumpukan kain yang telah dipisahkannya. Ia mulai menyambung, gerakan jarinya gemulai. Jarum kecil di antara jemarinya seperti telah hafal lubang-lubang kain mana yang harus ia datangi. Singkat saja, telah terhampar selimut hangat setengah jadi.
“Sudah pukul sembilan sekarang, para penjaga malam akan segera turun dari langit, mereka akan segera mengitari bumi, dan memberikan berkahnya di tiap-tiap rumah. Aku akan segerakan agar kau segera hangat.”
“Ehm” kubaca dua halaman terakhir. Terdengar gerigi mesin yang berputar. Dari ujung kacamataku kulihat perempuan nan cantik dibalik kerudung coklat tua. Matanya penuh cinta menggiring kain untuk menerima tusukan-tusukan kecil nan tajam mata jarum. Kulipat lembaran terakhir. Tak kuselesaikan Koran hari ini. Aku mendekat.
“Jangan mendekatiku. Aku akan merasa bersalah bila tak kuselesaikan malam ini juga..” suaranya tegas.
“Jangan Kau paksakan, esok masih ada matahari, nan cerah yang lebih terang untuk membantu mata indahmu menyelesaikannya. Jangan biarkan redup lilin ini menyakiti berlian indah ku” aku berlutut di hadapan nya. Kuletakkan dagu di balik mesin yang sedang berputar. Kutatap wajahnya lekat.
“Tidak, aku tak ingin membuang waktu. Lagi pun, aku tak perlu cahaya. Kau cahaya ku. Selagi kau menemaniku, matahari pun tak lebih terang” ia terus menggerakkan pedal dengan kaki kecil nya.
“Aku takkan kemana-mana, aku di sini..” sambil tak melepaskan tatapku padanya. Satu kedipan mataku terasa sayang melewatkan gurat lembut pipinya.
Suara mesin tiba-tiba berhenti. Ia berhenti. Matanya beralih ke mataku. Lembut. Jemari kecilnya mengelus pipi. Ia berjalan ke arahku tanpa melepaskan tatap. Aku terkejut. Dihempaskannya tubuh di pangkuanku. Aku tersuruk menimpa kain-kain dan benang yang masih berserakan di lantai. Jantungku berdegup.
“Kau bukan lagi remaja, mengapa Kau masih mendebarkan hatiku?”
“Ehm” ia mengecup kening ku.
“Mengapa Kau selalu indah?” Tanganku menengang lantai, menahan beban tubuhnya.
“Kau tak suka barang-barang mu berantakan” aku berbisik dan mengelus pipinya.
“Aku memang tak suka, tapi Kau bisa merapikannya untukku” kerudungnya terbuka, tergerailah rambut panjang kecoklatan di atas bahunya. Ia memelukku. Hangat.
“Aku suamimu, tentu aku akan merapikannya untukmu…”
Malaikat mengucap salam. Mereka tersenyum. Berkahnya terburai di sepanjang pintu.  Membaur ke dalam, dan berhenti di selembar selimut setengah jadi. Malaikat sibuk menyulam, menitikkan tetes cinta di tiap helai, sehelai benang, sejuta surga.
***

Bulir-bulir itu mengalir di antara mata tua ku. Mereka tertatih bergerak di antara gurat senyumku. Namun sebelum bulir itu itu jatuh menimpa tubuhku. Selimut tuaku telah menyesapnya.
Duhai isteriku, betapa cinta Kau padaku, hingga tak Kau izinkan air mataku sendiri menetes di tubuhku.
Duhai kekasihku lelaplah Kau di tidur panjangmu, bangunlah manakala aku merengkuh di sisi mu.
Duhai sahabatku, terima kasih Kau ajarkan padaku, makna hidup dan teduh cinta mu, dengan itu ku arung waktu.
Duhai belahan jiwaku, telah panjang kisah sendiriku, siapkah di pintu surga Kau menantiku?
***
Matahari tersenyum. Hujan hanya menyisakan rintiknya di dedaunan. Mawar kembali menari mengibas rambutnya yang basah. Batu-batu masih terlelap. Beringin tetap terjaga. Di balik jendela tua, lelaki tua bermimpi indah dalam tidur panjangnya. Tersungging senyum di bibirnya dibalut selimut setengah jadi.

Wiar Wanti
Malang, Jumat, 18 Januari 2013
Pukul 08.45

22.5.13

Melodi Syahdu

Rabu, 22 Mei 2013

Tak dapat ku tahan untuk tidak menggesek tinta saat melodi syahdu terdengar. Mataku terpaku pada satu baris kalimat dan tak sanggup memaknainya. 'Tak banyak yang bisa menyaksikan pemandangan ganjil itu'. Hanya di situ saja dan tak berpindah. Syair dan gema melodi mengalahkan syaraf membacaku. Jariku ingin bergerak.

Hatiku menggeliat, terpesona akan isi makna syair lagu. Mengingatmu kembali. Aku tahu telah tak mungkin. Kadang ku menganehkan diri sendiri. Begitu sayangkah aku padamu? Atau.. begitu cintakah? Sempat tak kupahami diri sendiri. Tak pahami inginku.

Beberapa masa akan datang, ultahmu tiba. Masih ada usikan rencana kecil di kepalaku. Setidaknya hanya ingin mengucap 'Barrokallah...', padahal andai ia tahu, ia akan terluka. Tapi kepalaku seperti tak peduli. Dari apakah hatiku ini? Mengapa begitu tega? Namun sekali lagi, aku tak dapat mengusirnya.

Engkau bagian dari hidupku. Jika engkau tak pernah ada. Mungkin ia pun tak akan pernah ada. Jika kau tak pernah meninggalkan luka, mungkin tak ada aku yang sekarang. Engkau adalah partikel syaraf yang pernah melengkapi puzzle bernama hati. Dan itu masih di sana. Bukan untuk disiram, bukan untuk dipupuk, tapi untuk dikenang. Sebagai pelajaran hidup. Hidup yang kurasa indah dan tak mudah. Namun sekali lagi, semua indah. Senyummu hadir.
Dentingan suara Tegar sang penyanyi cilik mengembalikan kesadaranku pada alam yang kusebut nyata. Kenyataan tempat ku berpijak, tempat di mana aku harus bertanggung jawab. Pada semua. Pada keceriaan anak-anak didikku. Pada tanggung jawab reka-rekan sekolahku. Tanggung jawab pada senyum buah hatiku. Pada ceroboh suamiku.

Ya, seperti katamu.Ini tak seperti dulu. Kita masih orang yang sama dengan masa yang berbeda. Kau dan aku. Kita memiliki tanggung jawab yang sama. Aku istri dan kau suami. di keluarga kecil kita. Dan suatu ketika, akan ku maafkan bila kau nyatakan,
"Maaf telah kutinggalkan luka"
"Maaf kubuat kau tak bahagia"
"Maaf kubuat kau sengsara" Dan...
"Maaf... kutinggal kau menikah".

Dan inilah jawabku bila kau ada di hadapanku.
"Tak ada yang perlu kumaafkan"
"Semua jalan adalah pilihan"
"Dan tikungan itu adalah pilihan yang kau tentukan"
"Setiap jalan kau lah penentunya"
"Aku adalah part  hidupmu"
"Yang di tanganmu untuk kaujaga atau kauu tinggalkan"
"Dan jangan khawatirkan aku"
"Jika Kau pilih pun, mungkin akan kutemukan bahagia"
"Tapi dengan Kau tinggalkan, aku benar-benar telah menemukan bahagia"

Dan kita pun tersernyum. Karena pada dasarnya kita saling menyayangi dan tak ingin salingmenyakiti. Kau bahagia untukku dan aku berbahagia untu diriku. Tak perlu kau sesali diri dan merasa bersalah karena aku yakin aku dan Kau akan baik-baik saja. Setelah tujuh tahun pencarianmu, kini aku baik-baik saja. Dan andai kita bertemu. Maka akan tetap Kau temukan senyumku yang paling manis. Seperti dulu. :)

Karya: Seorang Teman

3.5.13

Multiple Intelegensi dalam Pembelajaran

23 November 2009

PENERAPAN KONSEP MULTIPLE INTELEGENSI (KECERDASAN MAJEMUK) DALAM PEMBELAJARAN SABAGAI UPAYA MENCERDASKAN BANGSA

Filed under: DUNIA PENDIDIKAN — imambadruddin @ 6:15 pm

KATA PENGANTAR
Salam semoga Allah swt. Enantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kia sekalian sehingga kita dapat menjalankan tugas sebagai khalifah fil ard denga baik. Sholawat serta salam seantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-natikan syafaatnya fi yaumil kiyamah.

Tersusunnya makalah ini merupakan kumpulan dari hasil karya kami guna memenuhi tugas, dimaksudkan sebagin karena yang disusun dalam makalah ini merupakan materi-materi yang kami temukan baik diperkuliahan, hasil-hasil diskusi dan seminar, internet serta selebaran media masa yang dianggap relevan.

Dalam Ilmu pendidikan, makalah ini menduduki posisi yang tak kalah pentingnya dalam mentransformasikan Ulumuttarbiyah disamping materi yang lain. Akan tetapi sering kali makalah tersebut akhirnya menjadi “sampah” karena dianggap tidak memiliki nilai lebih sebagai bahan bacaan diwaktu luang bahkan sebagai hiasan di rak buku sekalipun. Bertolak dari kenyataa seperti itu akhirnya kami berusaha menumbuhkan kembali makalah yang berjudul “URGENSI KOSEP MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN” dengan hormat yang lebih pantas sehingga tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan dikeranjang sampah.

Meyakini bahwa manfaat dan tujuan hanya dapat dicapai dengan rahmat Allah SWT. Serta dengan usaha yang teratur, terncana dan penuh kebijaksanaan, akhirnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karenanya penyusun merasa dan menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Tetapi dengan membuka pintu kebesaran hati saran dan kritikan segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan untuk periode dimasa mendatang.

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Terlihat dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah swasta yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003), seorang praktisi pendidikan anak, bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.

Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis (Kompas, 6 Agustus 2003). Jenisjenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner padan tahun 1983. Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orangorang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orangorang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.

Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.

Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Insan Kancil (Kompas, 13 Oktober 2003), pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Menurut Moleong, dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dan orang tua hendaknya bersinergi dalam mengembangkan berbagai jenis kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Anak-anak usia 0 – 8 tahun harus diperkenalkan dengan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika semata.

Multiple Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun). (Kompas, 13 Oktober 2003). Yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa? Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerjasama dengan orang tua bersinergi untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik di dalam proses belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan?

Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.

Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecersan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2. Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar.
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.

Perumusan pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan berpikir. Perumusan kedua sebagai kemampuan untuk belajar dan perumusan ketiga sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Ketiga-tiganaya menunjukkan aspek yang berbeda dari intelegensi, namun ketiga aspek tersebut saling berkhaitan. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir dan belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya mencerminkan kecerdasan. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara demikian belum tentu tepat pula. Oleh karena itu, para ahli telah menyusun bermacam-macam tes inteligensi yang memungkinkan kita dalam waktu yang relatif cepat mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dalam suatu kosien inteligensi Intelligence Quotient(IQ).

Apakah hanya kecerdasan (yang diukur dengan tes intelegensi dan menghasilkan IQ) yang menentukan keberbakatan seseorang ? barangkali untuk bakat intelegtual masih tepat jika IQ menjadi kriteria (patokan) utama, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif, dan bakat kepemimpinan. Memang dulu para ahli cenderung untuk mengidentifikasi bakat intelektual berdasarkan tes intelegensi semata-mata, dalam penelitian jangka panjangnya mengenai keberbakatan menetapkan IQ 140 untuk membedakan antara yang berbakat dan tidak. Akan tetapi, akhir-akhir ini para ahli makin menyadari bahwa keberbakatan adalah sesuatu yang majemuk, artinya meliputi macam-macam ranah atau aspek, tidak hanya kecerdasan.

Keberbakatan dan Anak Berbakat Renzulli, dkk.(1981) dari hasil-hasil penelitiannya menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tangung jawab terhadap tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing-masing ciri mempunyai peran yang sama-sama menentukan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelegtual, apabila ia mempunyai intelegensi tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual yang antara lain mempunyai daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah). Akan tetapi, kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Demikian juga berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.

Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan. Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu terwujud. Contoh Ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam restasi yang unggul.

PEMBAHASAN
1. Konsep Multiple Intelegensi
Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

1. Kecerdasan Linguistik
umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2.
Kecerdasan Matematika-Logis
cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3.
Kecerdasan Spasial 
dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5.
Kecerdasan Musikal 
memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6.
Kecerdasan Interpersonal 
memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.
Kecerdasan Intrapersonal 
memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8.
Kecerdasan Naturalis
memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.


2. Mendidik Anak Cerdas Dan berbakat
Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Apa itu kecerdasan majemuk ? Sebagai orang tua masa kini, kita sering kali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah muncul pertanyaan sebagai berikut :
Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang harus dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa depanya ?

Kemudian jawabannya adalah :
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu. Membangun seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri. Untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor yang tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk tersebut. 

Walaupun sangat jarang seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di semua bidang, biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang menonjol. Albert Einstein, beliau sangat terkenal jenius di bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika. Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan fisika. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup lagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi untuk menjamin anak yang berhasil, kita tidak bisa menggantungkan pada sukses sekolah semata. Kedua orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menentukan dan mengembangkan sebanyak mungkin kecerdasan yang memiliki oleh masing-masing anak.

3. Sukses Dan Kecerdasan
Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992), mengatakan ada 10 (sepuluh) unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses yaitu :
1.
Kemampuan menampilkan pesona diri yang tepat
2.
Kemampuan mengelola energi diri yang baik
3.
Kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin
4.
Kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat
5.
Kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran)
6.
Adanya kebiasaan kerja yang baik
7.
Keterampilan antar manusia yang baik
8.
Kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional
9.
Pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan pekerjaan
10.
Kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.

Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan.Beliau mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh Kualitas) yaitu :
1.
Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat,
2.
Keterampilan berkomunikasi yang baik,
3.
Keterampilan antar manusia yang baik,
4.
Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
5.
Sikap positip terhadap orang, kerja dan diri sendiri,
6.
Keterampilan menjual ide dan gagasan,
7.
Kemampuan mengingat yang baik,
8.
kemampuan mengatasi masalah, stres dan kekuatiran,
9.
Antusiasme yang menyala-nyala, dan
10.
Wawasan hidup yang luas.

Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John Wareham, menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ” head Hunter ”. Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan kehidupan.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi) ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya. Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2. Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri. 

Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak.

2. Saran
Pemerintah atau oknum pendidikan pada ukumnya hendaknya mengadakan seminar tentang kecerdasan oleh para pakar sehingga dapat memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan bimbingan kepada anaknya. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya pembinaan para guru agar bisa mencerdaskan siswa terutama pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.

(Repost: http://imambadruddin.wordpress.com/2009/11/23/penerapan-konsep-multiple-intelegensi-kecerdasan-majemuk-dalam-pembelajaran-sabagai-upaya-mencerdaskan-bangsa/)

Menulis Narasi melalui Umpan Penggalan Film 'Tanah Surga Katanya' (Sebuah Metode)

Pembelajaran menulis untuk siswa SMK pada umumnya bersifat relatif.  Bagi siswa yang menyukai bidang kepenulisan, menulis merupakan hal yang telah menjadi kebiasaan sehingga mudah untuk menuangkan setiap ide kedalam bentuk tertulis. Bahkan secara praktis, hasil tulisan dianggap mampu bersaing dengan karya siswa sekolah menengah atas yang dalam hal ini memiliki jurusan spesial yaitu Bahasa. Terbukti, di beberapa ajang lomba menulis, siswa SMK mampu merajai dan mendapatkan penghargaan. Namun bagi beberapa siswa yang kurang biasa menulis ditambah lemah dalam hal bacaan, maka akan menimbulkan kesulitan dalam menemukan ide menulis serta kesulitan dalam menterjemahkan maksud karena kurangnya referensi dalam hal perbendaharaan kata.
Berdasarkan hal tersebut, maka Saya mencoba mencari alternatif pembelajaran menulis narasi melalui umpan menyimak film.

Mengapa film? Film adalah sarana informasi dan hiburan yang cukup efektif bagi usia siswa, khususnya siswa SMK. Dengan menyimak film, siswa relatif lebih cepat menangkap dan memahami isi, alur, amanat, dan harapan implisit yang terkandung dalam film. Kemudahan ini didapatkan karena ingatan atau daya simak kita, khususnya siswa lebih mudah menangkap metode visual seperti yang pelakonan dalam film, terlebih lagi bila film yang disimak bermutu dan diperankan oleh artis atau seniman yang notabene sangat diidolakan siswa.

Adapun film yang Saya gunakan sebagai umpan menulis ini berjudul  "Tanah Surga Katanya". Film ini merupakan film  drama Indonesia yang dirilis pada 15 Agustus 2012 dengan sutradara Herwin Novianto yang dibintangi oleh Osa Aji Santoso dan Fuad Idris. Alasan lainnya, Film 'Tanah Surga Katanya' terpilih sebagai film terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2012. Dengan demikian, film tersebut berhasil membawa pulang enam Piala Citra (http://bejagat.blogspot.com/2012/12/sinopsis-film-tanah-surgakatanya.html).

Mengingat termuatnya mutu dalam film ini, maka Saya  memilih film ini sebagai umpan menulis narasi bagi siswa. Dengan harapan, motivasi yang terkandung dapat ditularkan kepada siswa Saya, dan hasil akhirnya, Saya berharap agar siswa mampu memberikan ending yang cantik karya mereka.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran ini adalah bahwa rangkaian proses pembelajaran ini bukanlah penelitian berdasarkan metode atau model pembelajaran khusus yang telah menjadi temuan para pakar penelitian. Metode yang Saya gunakan adalah sistem coba-coba dengan harapan akhir, siswa MAMPU MENGHASILKAN TULISAN NARASI. That's all!

Berikut adalah teknik atau langkah yang Saya gunakan pada proses pembelajaran narasi.
1.  Membaca Cerpen Bebas
Tahap ini merupakan tahap mengingat kembali. Mengapa demikian? Karena menurut Saya, kecil kemungkinan bila siswa sama sekali belum pernah membaca cerita pendek. Dan mengapa cerpen? Karena cerpen adalah bentuk narasi sugestif yang umum dikenal oleh siswa.

2.  Memahami Cerita Pendek
Setelah membaca  siswa diharapkan memahami isinya. Bentuk pemahaman ini diukur melalui bercerita menjawab kuis yang diberikan guru.

3. Tahap Kuis Pemahaman
Pada tahap ini, guru memberikan pertanyaan (kuis) yang seluruh jawabannya didapatkan dari hasil membaca cerpen milik siswa. Adapun isi kuis adalah materi unsur narasi yang terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen.

4. Tahap Mencocokkan Materi
Secara umum unsur intrinsik dan unsur ektrinsik telah banyak dikenal oleh siswa baik dari pengalaman belajar bahasa Indonesia selama di SMP atau pun berdasarkan pengalaman membaca. Berdasarkan hal ini, maka siswa bersama-sama menemukan kesesuaian teori yang terdapat dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek dan ciri unsur yang terdapat dalam narasi sugestif secara teoritis.

5.  Tahap Menyimpulkan 
Pada tahap ini siswa dengan bantuan guru menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah salah satu bentuk dari narasi yaitu narasi sugestif.

6.  Tahap Stimulus
Siswa menyimak film berjudul Tanah Surga katanya pada 15 sampai 20 menit pertama. Sengaja tidak diputar secara utuh karena film ini merupakan stimulus saja sehingga siswa dapat menentukan kelanjutan dan keutuhan cerita dengan imajinasi.

7. Tahap Penggenaban cerita (Cerita Utuh)
Setelah menyimak penggalan cerita film, siswa mengembangkan sendiri cerita tersebut dengan BEBAS. Siswa diijinkan menggali/ mengeksplorasi, mengkombinasi, atau mengimajinasikan secara utuh alur cerita mereka mulai dari tahap cerita hingga penyelesaian cerita. Di sini mereka Saya bebaskan menambah karakter, membunuh atau menghidupkan kembali karakter, dan sebagainya. Saya izinkan mereka untuk menjadi sutradara dalam cerita mereka sendiri. dan hasilnya....

Tara..... 
Siswa Saya telah menghasilkan tulisan narasi! Saya tidak menuntut harus SANGAT BAGUS! DEELEL! Saya hanya meminta mereka menulis narasi itu saja. Setelahnya, sebagai penghargaan kepada siswa, sekaligus kepuasan hati Saya pribadi, maka tulisan mereka Saya bukukan (meski tanpa lisensi) untuk menambah koleksi perpustakaan sekolah yang relatif kurang. Dan kini, saya upayakan untuk saya share pada dunia bahwa SISWA SAYA PUN BISA!

Jika Anda ingin membaca karyanya, silakan kunjungi http://wiarwanti.blogspot.com/2012/11/karya-peserta-didik_20.html dengan label "Berdasarkan Film Tanah Surga Katanya" Saya tidak menjanjikan bahasa yang super-Indah, tetapi setidaknya ini adalah karya anak bangsa yang patut kita apresiasi sebagai bentuk seni, kreativitas, dan hasil motivasi serta KEMAUAN mereka belajar bahasa Indonesia.

Terakhir, Silakan kirim segala komentar untuk upaya kami ini ya.... Kritik yang paling pedas sekalipun sangat kami hargai untuk peningkatan belajar kami. Karena meskipun Saya adalah guru, Saya masih seorang pebelajar.

Edisi 30 Mei 2013

1.5.13

"Adek'e Mas"

gadis kecilku tambah tinggi
gadis kecilku tambah usia
gadis kecilku semakin manja
gadis kecilku mau sekolah

azza kecil semakin cantik
azza kecil semakin manis
azza kecil semakin pintar
azza kecil makin shalihah
azza kecil semakin sehat

                                                                          cintaku bertambah besar
                                                                     cintaku bertambah doa
                                                                     doaku kepada Allah
                                                                     dan Allah pun mengabulkan

                                                                      amin

                                                                                                           (Rabu, 1 Mei 2013, 11 moredays for Ahista)

27.4.13

Nasionalisme dalam Film "Tanah Surga Katanya"

Karya: Arifatul Husna (X Kimia Analisis 1)

Di Pulau Kalimantan yang kaya raya masih ada saja mereka yang hidup dalam keterbelakangan sosial. Ya. mereka adalah warga Indonesia yang hidup di perbatasan Indonesia-Malaysia. Di tinggal oleh pembangunan yang semakin berkembang di Indonesia, mereka menjadi salah satu penduduk yang belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Mereka dilupakan oleh para kalangan atas yang menguasai negeri ini. Mereka harus menghadapi dilema nasionalisme antara bertahan menjadi warga Indonesia atau bermigrasi menjadi penduduk Malaysia yang memberi sedikit sokongan ekonomi para warga perbatasan.

                Diceritakan sorang anak bernama Salman yang tinggal dengan kakek, dan adik perempuannya, Salina. Sedang Ayahnya, Haris,  bekerja di Negeri Jiran Malaysia. Kakek Salman yang bernama Hasyim merupakan anggota veteran saat konfrontasi RI-Malaysia berlangsung tahun 1965. Ia harus hidup menjadi pejuang yang dilupakan.

                Suatu hari saat disekolah oleh gurunya, Ibu Guru Astutik, Salman dan teman-temannya disuruh untuk menggambar bendera Indonesia, ternyata masih banyak dari mereka yang belum mengerti bendera Indonesia. Hanya Salina , adiknya yang benar dalam menggambar bendera Indonesia. Saat Salman bertanya pada Salina dari mana engkau mengetahui hal tersebut, ia menjawab bahwa kakeknyalah yang memberitahunya.

                Ayah Salman dan Salina telah pulang dari Malaysia. Ia bermaksud untuk membawa serta kedua anaknya dan kakek Hasyim untuk tinggal di  Malaysia karena alasan ekonomi. Namun Kakek Hasyim tetap setia pada Indonesia dan tidak ingin tinggal di Malaysia. Namun Haris memaksa dan mengaku bahwa ia juga sudah menikah dengan orang Malaysia. Hal tersebut membuat Kakek Salman marah. Ia juga membujuk Salman jika mau ikut ia akan dibelikan mainan pistol-pistolan. Namun pada akhirnya Salman tak ingin ikut dan memilih tetap tinggal di Indonesia untuk menjaga kakeknya. Akhirnya hanya Haris dan Salina yang berangkat.

                Di waktu yang  sama datang dari kota seorang dokter bernama Anwar ke kampung tersebut. Ia menjadi dokter pengganti di kampung tersebut. Ia juga disebut dokter intel karena anak kecil yang membantunya membawakan barang-barangnya saat turun dari perahu. Ia tinggal di rumah kepala dusun, Pak Gani, yang juga ada Astutik yang tinggal disitu. Banyak kendala yang harus dialami oleh dr. Anwar , selain sulit sinyal handphone, rupiah pun tak berlaku disana, disana berlaku uang ringgit (mata uang Malaysia). Bahkan Pak Gani berkomunikasi dengan telepon semacam telepon radio. Selain itu ada warga yang yang menyalah artikan arti dokter, apakah dokter merupakan mereka yang tidak hanya bisa mengobati manusia tapi juga mengobati hewan.

Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi sakit jantung Kakek Salman mendadak kambuh. Salman segera menghubungi Pak Gani, dan dr. anwar siap untuk mengobati. Salman diberi beberapa macam obat untuk diberikan pada kakeknya.

                Salman membutuhkan uang 400 ringgit (warga perbatasan tidak menggunakan rupiah, tapi mata uang ringgit) ia bertanya kepada Ibu Guru Astutik bagaimana mendapatkan uang tersebut. Katanya harus bekerja, lalu Salman pun bertekad untuk bekerja demi mendapatkan uang tersebut. Ia juga harus ke Malaysia bekerja demi uang tanpa sepengetahuan Kakeknya.

                Hari-hari Salman diisi dengan bekerja untuk mencukupi kebutuhan tanpa ada yang tahu. Selain itu ia juga semakin akrab dengan dr. Anwar. Ia banyak bertanya kepada dr. Anwar tentang perkembangan Indonesia. Ia juga banyak belajar tentang nasionalisme kepada sang kakek dan Ibu Guru Astutik. Ketika ia banyak mendengar tentang Indonesia diwaktu itu pula jiwa nasionalismenya tumbuh. Ia semakin bangga terhadap tanah air dan ingin mengetahui Indonesia secara lebih dalam. Ia juga ingin mengetahui keadaan Indonesia di luar kampungnya. Hal tersebut membuat ia semangat untuk belajar, demi cita-cita yaitu membahagiakan kakek dan mensejahterakan warga Indonesia di perbatasan seperti dirinya. Kadang ia juga sedih karena sang ayah belum pernah mengunjungi ia dan kakeknya. Namun ia bertekad suatu saat nanti ia akan membawa ayahnya kembali ke Indonesia.

                Awan kelabu menghiasi langit siang ini, di gubuk yang terbuat dari kayu, terdengar isak tangis. Innalillahi wa ina illaihi rajiun, kakek Salman telah berpulang ke Rahmatullah. Kejadian ini sangat memberatkan hati Salman, Ia ditinggal oleh kakek tercintanya. Saat dikabari ,Ayahnya langsung datang dari Malaysia bersama Salina, mereka langsung menangis saat mengetahui sang kakek telah terbujur kaku. Diantara deretan pelayat, terlihat dr. Anwar, Ibu Guru Astutik dan Pak Gani yang juga memasang wajah kesedihan.

                Selepas 7 hari kakek Salman meninggal, Haris berniat membawa Salman untuk tinggal bersamanya. Namun Salman menolak tawaran sang ayah dan tetap keukeh terhadap pendiriannya. Ia ingin menuruti wasiat kakeknya agar Salman tetap mencintai dan selalu melindungi tanah air. Salman mengadu kepada dr. Anwar dan Ibu Guru Astutik tentang ajakan ayahnya. Salman memohon agar mereka berdua membujuk sang ayah untuk membiarkan  Salman tetap tinggal di Indonesia. Awalnya mereka ragu namun karna mereka berdua begitu bangga terhadap rasa nasioanlisme yang dimiliki oleh generasi bangsa ini, akhirnya mau merundingkan masalah ini dengan ayah Salman.

                Pada awalnya ayah Salman tidak terima akan rekomendasi dr. Anwar dan Ibu Guru Astutik. Disini Salman tidak lagi punya saudara, namun akhirnya dr. Anwar angkat bicara dan akan menanggung semua yang diperlukan Salman dan akan mengajak Salman tinggal dirumah Pak Gani. dr. Anwar menceritakan semua hal yang dimiliki oleh Salman kepada Haris dan Haris memahami hal tersebut, Haris menyadari Salman memiliki sifat yang keras seperti sang kakek. Akhirnya Haris melepaskan Salman untuk tinggal dirumah Pak Gani, namun dengan syarat Salman harus bisa berprestasi dan bersaing dengan anak-anak non daerah perbatasan. Dan Salman berjanji akan belajar sekuat tenaga, agar ia bisa membahagiakan sang ayah dan almarhum sang kakek.

                Kini hari-hari Salman sangat berwarna tinggal bersama dr. Anwar dan Ibu Guru Astutik ilmunya semakin bertambah. Ia kini tak lagi bekerja dan lebih fokus pada pendidikannya. Ia ingin menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa. Walau ia hanya anak dari daerah perbatasan yang terbelakang sosialnya. Ia juga mulai mengajak teman-temannya untuk memiliki rasa nasionalisme agar mereka tak mengkhianati Indonesia tercinta ini.

                Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun Salman kini telah tumbuh dewasa, selain pintar ia juga sangat cerdas. Sudah banyak prestasi yang ia raih mulai dari tingkat daerah hingga tingkat nasional. Ia membuktikan bahwa anak pedalaman juga bisa berprestasi. Kini ia sudah berada di bangku kuliah. Ia mendapatkan beasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Jika ia selesai kuliah nanti ia bertekad untuk membangun kawasan perbatasan yang layak agar para warganya tetap loyal kepada bangsanya sendiri. Ia juga akan membawa sang ayah kembali menjadi Warga Negara Indonesia.

                Salman telah sadar bahwa nasionalisme merupakan harga mati yang harus dijunjung tinggi walau hidup dalam sebuah pesakitan yang tak berujung, mengadu nasib di negeri sendiri tanpa loyalti, menunggu janji para penguasa negeri yang tak pernah terbukti. Salman bersyukur memiliki orang-orang yang menyayanginya, almarhum kakek Hasyim, dr. Anwar, Ibu Guru Astutik, Ayah, Adik Salina, Pak Gani dan teman-temannya. Dan akan membahagiakan mereka saat sukses nanti. Amiin. Mereka semua adalah generasi Indonesia yang hebat.


-SEKIAN-